JAKARTA – Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi mengatakan, selama belum memasuki masa pensiun maka peluang Laksamana Yudo Margono untuk menjadi Panglima TNI masih terbuka. Karena jabatan Panglima TNI harus diisi oleh kepala staf atau mantan kepala staf yang masih aktif.
“Selama masa pemerintahan Presiden Jokowi, juga belum pernah ada Panglima dari lingkungan TNI AL. Meski tidak ada ketentuan normatif yang mengharuskan pergiliran di antara ketiga matra, namun hal itu penting untuk dipertimbangkan,” ujarnya.
Menurut Khairul, peluang Yudo menjadi Panglima TNI terbuka, karena mengacu pada penunjukan Jenderal Andika, Presiden tidak meletakkan usia dan masa aktif sebagai pertimbangan utama.
“Artinya, pola ini masih mungkin diterapkan juga pada saat penggantian Jenderal Andika tahun depan,” imbuhnya.
“Selain soal ‘chemistry’ dengan Presiden, (meski secara etis kurang baik) komunikasi politik dengan tokoh berpengaruh di sekitar Presiden juga diyakini berkontribusi memperkuat peluang untuk ditunjuk dan mendapat persetujuan parlemen. Kiprah Pak Yudo dan TNI AL belakangan ini menampakkan adanya komunikasi politik yang berjalan untuk menjaga peluang,” tambahnya.
Sementara terkait Jenderal Dudung yang sepertinya menjadi ganjalan bagi Yudo untuk menjadi Panglima TNI, Khairul menilai, selama ini Jenderal Dudung cenderung bergerak di luar tupoksi dan kontroversial dalam kiprahnya.
Sementara, jika melihat profil Andika terutama selama menjabat KSAD, harus diakui, bahwa meski banyak kritik terkait upaya pencitraannya, namun kiprahnya masih tetap berada dalam ruang lingkup tupoksi.
“Saya kira Pak Yudo dalam hal ini fokus saja dalam urusan pembenahan internal, membangun kekuatan dan kemampuan TNI AL sembari terus memperkuat komunikasi politik dan publik yang selaras dengan misi yang diemban TNI AL,” tuturnya.
Lanjut Khairul, sinyal agaknya kian menguat bagi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono untuk menjadi Panglima TNI selanjutnya. Apalagi Yudo Margono belum lama ini seolah menjalin relasi dengan makna simbolis saat meresmikan penamaan kapal kepresidenan baru, yakni KRI Bung Karno-369.
“KSAL tampil hangat bersama Presiden RI Kelima yang juga Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri. Ditambah, sebelumnya Laksamana Yudo juga menyajikan romansa legacy Presiden RI pertama Soekarno saat hari ulang tahun (HUT) Penerbal pada 17 Juni lalu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Khairul mengatakan, pada kesempatan itu Laksamana Yudo menaiki Jip Land Rover buatan tahun yg sama, kala Bung Karno melakukan pemeriksaan pasukan peresmian Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda Surabaya 12 Agustus 1964 silam KSAL mengungkapkan bahwa semangat Bung Karno merupakan inspirasi bagi segenap prajurit TNI AL yang dipimpinnya.
Secara khusus, gestur dan jalinan relasi tersebut tampak dibangun berdekatan dengan kian dekatnya pergantian Panglima TNI dari Jenderal Andika Perkasa yang akan purna tugas pada akhir tahun ini.
“Polemik internal matra dan antar matra ini mirip sebelum meletusnya peristiwa G30 S PKI. Sudahlah cukup sejarah itu dijadikan pembelajaran, bukan hanya sekedar dijadikan upacara seremonial. TNI harus tetap solid dan sinergis, untuk itu perlu kearifan semua pihak dengan lebih mengedepankan keharmonisan hubungan antar kelembagaan, demi perdamain dan masa depan Bangsa. Stop ego sektoral,” pungkasnya.
Sumber : Jhon
Editor : Redaksi