PEKANBARU – Gerakan Pasca Banjir “Pulih Bersama” Jilid 2 kembali digelar oleh mahasiswa bersama masyarakat di RW 11, RT 1 dan RT 2, Kelurahan Meranti Pandak, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Minggu, (23/3/2025).
Pada jilid kedua ini, mahasiswa dan warga bergotong royong secara massal, membersihkan lingkungan sebagai bentuk kesiapan bersama menghadapi proses fogging yang direncanakan akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Kegiatan ini menjadi simbol kebangkitan dan semangat untuk pulih, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara sosial dan batiniah.
Selain gotong royong, mahasiswa juga menghadirkan layanan cek kesehatan gratis yang disertai dengan pembagian obat-obatan dan vitamin bagi masyarakat. Dalam upaya menjaga kesehatan kelompok rentan, mahasiswa turut menyalurkan bantuan susu gratis sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pada kondisi gizi anak-anak dan lansia pasca banjir.
Kehadiran mahasiswa bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga membawa harapan. Bersama masyarakat, mereka menginventarisir berbagai persoalan yang muncul sebagai bagian dari upaya menyuarakan keluhan dan kebutuhan warga kepada para pengambil kebijakan.
Semua temuan dan aspirasi yang dihimpun akan dituangkan dalam bentuk naskah aspirasi, yang akan diserahkan dan disuarakan langsung ke Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru.
Mahasiswa dan masyarakat sepakat, bahwa bencana ini tidak boleh terus berulang. Mereka mendambakan penyelesaian yang serius dan berkelanjutan, bukan sekadar janji atau reaksi sesaat. Gerakan ini lahir dari kegelisahan, dari kepedulian yang tumbuh menjadi aksi, dan dari keyakinan bahwa perubahan hanya mungkin tercapai bila suara rakyat benar-benar didengar.
Minggu depan, Gerakan Pulih Bersama akan melangkah ke tahap berikutnya, yakni pelaksanaan fogging massal sebagai langkah pencegahan penyebaran penyakit DBD pasca banjir. Saat ini mahasiswa tengah berkoordinasi dengan instansi terkait agar pelaksanaan berjalan lancar dan menjangkau seluruh titik yang membutuhkan.
Gerakan ini adalah suara dari bawah, dari lorong-lorong rumah yang terendam, dari ibu-ibu yang tetap memasak di tengah lumpur, dari anak-anak yang tetap bermain di halaman yang basah, dan dari mahasiswa yang memilih turun ke jalan, bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk mengabdi dan menggugah nurani bangsa.(*)