DENPASAR – Kristika Kadarsih muncul sebagai sosok wanita muda yang menjadi panutan bagi generasi muda Indonesia. Di usia yang masih produktif, perjalanan kariernya membuktikan bahwa ketekunan, keberanian, dan konsistensi mampu membawa seseorang menuju pencapaian gemilang.

Lahir di Purbalingga pada 7 Juli 1990, Kristika adalah putri tunggal pasangan Ir. Rukmono S.A.W (Konsultan Negara) dan Dra. Kartikowati (Dosen Universitas UNSUD Purwokerto). Ia juga merupakan cucu dari M. Brahim Nitisastro bin M. Rasid Nitisastro dan R.A Napsiah Kadarsih, yang berasal dari keluarga dengan latar belakang terhormat. Meskipun berasal dari keluarga berpendidikan terkemuka, nilai-nilai kemandirian dan ketegasan telah menjadi karakter yang melekat kuat sejak kecil, hal yang kemudian memotivasinya terus berkembang di usia produktif.

Aktivitasnya sudah terlihat sejak pendidikan dasar di SDN Soka Bandung dan SMPN 4 Bandung, di mana ia dikenal sebagai ketua kelas selama enam tahun berturut-turut serta dipercaya memimpin OSIS. Tak hanya di organisasi, Kristika juga memiliki bakat olahraga dan seni, ia mengikuti cabang lari, lempar jauh, dan lompat jauh bahkan hingga menjadi atlet dalam perlombaan PON, serta aktif menari Jaipong, Topeng, Merak, dan Tari Ratu Graini.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, Kristika memilih hijrah ke Bali untuk melanjutkan studi S1 di Universitas UNDIKNAS sekaligus membangun karier profesional. Menurutnya, lingkungan adalah aspek fundamental dalam perjalanan hidup. “Lingkungan yang sehat akan membentuk diri menjadi seorang pribadi yang baik dan kuat,” ujarnya.

Dalam dunia kerja, Kristika menjabat sebagai Direktur CV Keagungan Sabda Alam (bisnis retail) serta berkiprah di bidang bisnis minyak industri dan marine melalui PT. Wijayakusuma Sakti Lines yang berperan sebagai agen PT Pertamina Patra Niaga Reg V Jatim-Bali Nusra. Selain karier bisnis, ia juga aktif di organisasi sebagai Pengurus Provinsi Persatuan Squash Indonesia Bali periode 2023-2027 pada Bidang Event.

Membawa semangat kesetaraan gender, Kristika menyampaikan pandangan bahwa perempuan berhak berperan besar dalam pembangunan bangsa. Ia menegaskan bahwa membangun jatidiri wanita berarti menemukan keseimbangan antara kodrat sebagai ‘ibu/istri’ dan potensi diri di ranah publik, sehingga menjadi sosok inspiratif, mandiri, cerdas, berdaya saing, dan berkontribusi positif. Bagi dirinya, menjadi wanita karier atau Kartini modern bukan sekedar terjun ke bisnis atau politik, melainkan mampu menjadi pribadi yang utuh, cerdas, berprestasi, dan tetap mengaktualisasikan kodratnya sebagai perempuan.

Rekam jejak akademik, organisasi, prestasi, dan kiprah profesional yang terus berkembang membuat Kristika layak memperoleh apresiasi dan menjadi contoh nyata bagi generasi muda.