SERANG – Koordinator Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jawilan, Andri Saputra, mengungkapkan harapannya terkait peningkatan efisiensi dan efektivitas penyuluhan pertanian di wilayahnya. Dalam wawancara di ruangannya pada Jumat (7/11/2025), Andri menjelaskan bahwa BPP Jawilan memiliki tugas utama meliputi penyusunan program penyuluhan, memfasilitasi pertemuan dan pembelajaran bagi pelaku utama, pengelolaan data dan informasi pertanian, serta koordinasi dengan berbagai pihak terkait.
Andri menekankan pentingnya inventarisasi fisik stok (Stock Opname) untuk memastikan kesesuaian antara jumlah fisik stok dengan data yang tercatat. “Kami berharap ada inventarisasi fisik stok, tujuannya untuk memastikan kesesuaian antara jumlah fisik stok dengan data yang tercatat dalam pembukuan atau sistem administrasi. Ini akan meningkatkan efisiensi operasional dan mendukung teknis kepada petani di wilayah Jawilan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Andri berharap agar BPP menjadi pusat layanan terpadu yang dapat memenuhi kebutuhan petani. Saat ini, BPP masih kekurangan alat-alat penunjang seperti mesin pengering. “Kami berharap BPP itu menjadi pusat layanan terpadu, ada Stock Opname pestisida dan alat mesin pertanian. Idealnya, Stock Opname itu ada di level desa atau gabungan kelompok tani (Gapoktan), tapi minimal ada di BPP untuk pencegahan. Kami juga berharap ada alat mesin pengering jagung (Corn Dryer) untuk mengurangi kadar air, mencegah kerusakan akibat kelembapan, memperpanjang umur simpan, serta menjaga kualitas produk dan meningkatkan nilai jual,” tambahnya.
Andri juga menjelaskan bahwa penyuluhan dilakukan secara per wilayah desa oleh masing-masing penyuluh pertanian. Fokusnya adalah peningkatan SDM terkait potensi wilayah tersebut. “Dalam penyuluhan, kami meningkatkan SDM dengan inovasi dan penyebaran teknologi agar hasil produktivitas lebih meningkat. Tolak ukur keberhasilan penyuluh adalah meningkatnya hasil produktivitas pertanian,” jelasnya.
Tantangan utama yang dihadapi penyuluh terbagi menjadi dua, yaitu teknis dan non-teknis. Tantangan teknis didominasi oleh ketergantungan pada air hujan, mengingat 70% wilayah Jawilan adalah lahan tadah hujan. “Besar harapan kami agar ada program sumber air tanah dangkal (SATD) dan atau pengeboran di Kecamatan Jawilan. Pemerintah saat ini juga sedang menunjang program SATD, karena 70% di Jawilan ini tadah hujan, itulah tantangan satu-satunya,” ungkap Andri.
Untuk tantangan non-teknis, Andri menyebutkan masalah harga pupuk yang sempat menjadi kendala. “Alhamdulillah, beberapa hari lalu, Pak Menteri sudah menurunkan harga pupuk. Ini sangat membantu, meskipun masih ada tantangan lain seperti serangan hama dan penyakit,” katanya.
Dalam upaya melancarkan program, BPP berencana menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk membentuk kerjasama. “Kami akan menggandeng BUMDes karena mereka punya anggaran, sementara kami punya teknologinya. Kita kolaborasikan untuk bagaimana caranya masyarakat memiliki pendapatan dan kesejahteraan,” jelas Andri.
Rencana ke depan meliputi membangun komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak dan stakeholder, membangun kemitraan dengan perusahaan dan pengusaha, serta membangun koordinasi dengan Dinas Pertanian melalui anggaran pertanian. “Untuk rencana ke depan, kami akan membangun komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak, membangun kemitraan dengan perusahaan dan pengusaha, serta berkoordinasi dengan Dinas Pertanian melalui anggaran pertanian,” pungkasnya.












