BATANG – Kebutuhan akan minyak wangi dan pengharuman yang dihasilkan dari kayu gaharu semakin meningkat di seluruh dunia, terutama di negara-negara Timur Tengah dan Arab Saudi. Bahkan, pengharuman Ka’bah dan Masjidil Haram membutuhkan 60 kilogram kayu gaharu setiap hari.
Menurut laporan Saudi Gazette pada tahun 2021, kegiatan pengharuman Ka’bah dan Masjidil Haram dilakukan 10 kali sehari. Proses pengharuman meliputi Hijr Ismail dan lampionnya, Shadirvan, yang merupakan struktur miring yang menutupi tiga sisi Ka’bah, Al-Multazam, yaitu ruang di sepanjang dinding Ka’bah antara Hajar Al-Aswad.
Pewangian juga dilakukan pada Rukn Al-Yamani dan Maqam Ibrahim atau Stasiun Ibrahim, yang merupakan selungkup kaca dan logam dengan jejak kaki Nabi ‘Ibrahim.
Untuk memenuhi kebutuhan akan minyak wangi berbahan gaharu tersebut, tentunya memerlukan bahan yang cukup banyak dan tidak jarang harus diimpor dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Kayu gaharu dikenal dengan aroma khas dan harganya yang tinggi, sehingga menjadi incaran bagi banyak orang. Ada berbagai jenis kayu gaharu, seperti jenis aquilaria, aquilaria malaccensis, aquilaria filaria, aquilaria microcarpa, aquilaria kresna, aquilaria subintegra, aquilaria hirta, or dan sebagainya.
Para eksportir bersaing untuk mendapatkan bahan baku dan kualitas kayu gaharu yang baik. Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai jenis kayu gaharu dengan nilai jual yang berbeda-beda. Namun, tidak sedikit pula orang yang melakukan tindakan tidak jujur demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Akibatnya, praktik-praktik tersebut berdampak buruk bagi para petani yang selama ini telah jujur dalam melayani klien mereka.
Belakangan ini, kayu gaharu masih menjadi topik yang hangat di kalangan petani dan pembeli di Indonesia. Namun, kepercayaan pada kayu gaharu Indonesia menurun, khususnya di kalangan pembeli. Banyak penipuan dan praktik buruk dilakukan oleh oknum di industri gaharu sehingga pembeli kehilangan kepercayaan pada kayu gaharu Indonesia.
Namun, seorang penggiat budi daya gaharu asal Blitar, Jawa Timur bernama Dewi Fortuna mencoba memperbaiki citra kayu gaharu Indonesia. Ia berambisi membalikkan kepercayaan petani yang menanam gaharu dan mengembalikan kepercayaan pembeli. Dengan berbagai cara, Dewi Fortuna berhasil membuktikan bahwa semua yang dilakukannya selama ini terbukti berhasil.
Dewi Fortuna berhasil menemukan cara agar menghasilkan aroma wangi yang khas dari gaharu, sehingga petani dapat memperoleh penghasilan dari budi daya mereka. Selain itu, ia juga menciptakan berbagai produk turunan dari gaharu budi daya. Selain membuktikan keberhasilannya, Dewi Fortuna juga ingin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai gaharu. Ia ingin menjelaskan bahwa gaharu bukan hanya tentang harga tinggi, tetapi juga tentang nilai dan manfaat yang terkandung di dalamnya.
Dia juga ingin menunjukkan kepada pembeli bahwa kayu gaharu Indonesia memiliki kualitas yang baik dan aroma yang khas. Ia ingin membuktikan bahwa kayu gaharu Indonesia tidak kalah dengan kayu gaharu dari negara lain. Dengan demikian, pembeli dapat membeli kayu gaharu Indonesia dengan percaya diri dan menikmati manfaat yang terkandung di dalamnya.
Dalam memperbaiki kepercayaan para petani dan pembeli, Dewi Fortuna juga berupaya untuk memperbaiki industri gaharu secara keseluruhan. Ia ingin mengurangi praktik-praktik buruk seperti penipuan dan pemalsuan produk gaharu. Dengan begitu, kepercayaan para petani dan pembeli dapat ditingkatkan secara signifikan.
Dewi Fortuna, seorang pengusaha di bidang kayu gaharu, ingin memulihkan kepercayaan pembeli terhadap produk kayu gaharu Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya penipuan yang sering terjadi, seperti ketika pembeli tidak menerima barang meski sudah membayar dengan harga yang besar atau masalah pada penampilan produk yang dijual.
Dalam upayanya memperbaiki kepercayaan para petani dan pembeli terhadap kayu gaharu Indonesia, Dewi Fortuna berharap dapat melibatkan netizen dan media sosial untuk membantu menyebarkan informasi tentang produk gaharu yang sesuai dengan ekspektasi pembeli.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa penting untuk menunjukkan produk gaharu secara langsung agar pembeli dapat melihat dan merasakan kualitas produk tersebut.
Komunitas petani gaharu di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, misalnya, telah merasakan hasil dari berbagai pelatihan inokulasi budi daya gaharu yang diadakan oleh Dewi Fortuna. Para petani telah mendapat pelatihan merawat hingga menyuntikan serum berbahan alami. Mereka juga belajar memanfaatkan potensi kayu gaharu, yang sangat banyak, mulai dari daun hingga akar.
Dewi Fortuna menjelaskan bahwa pohon gaharu digunakan oleh semua agama dan memiliki pangsa pasar yang luas. Manfaat gaharu antara lain untuk dupa, hio, teh, kopi, sabun herbal, hingga parfum. Pangsa pasar olahan gaharu paling banyak ke Timur Tengah, sedangkan untuk jenis teh, sabun, atau kopi, biasanya ke Uni Eropa. Dari 30 jenis pohon gaharu, 19 jenis di antaranya asli dari Indonesia, namun kesadaran nilai investasi pohon gaharu masih belum cukup tinggi di Indonesia.
Dewi Fortuna berharap dapat memperkenalkan potensi kayu gaharu kepada lebih banyak orang, terutama petani kecil, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian petani dan industri kayu gaharu di Indonesia.
Di negara tetangga Malaysia, kesadaran nilai investasi pohon gaharu sudah dipraktikkan. Di sana, ada aturan bahwa setiap rumah tangga wajib menanam minimal satu pohon gaharu dan pemerintah menyediakan bibit pohon gaharu. Dewi Fortuna berharap bahwa Indonesia juga dapat mengadopsi praktik yang sama untuk memanfaatkan potensi kayu gaharu secara maksimal.