TEGAL – Hampir semua desa di Indonesia memiliki potensi pertanian. Lahan-lahan pertanian saat ini begitu luas, tapi masalah mendasar pertanian belum ditangani tuntas oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Padahal, sektor ini paling bisa diandalkan untuk mengatasi pengangguran di Indonesia.
“Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perdagangan hingga UMKM yang bisa dioptimalkan. Sektor-sektor ini merupakan lumbung pangan atau sumber primer atau sektor mendasar dalam membangun ketahanan pangan Indonesia,” kata Dr. Dewi Aryani, M.Si Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan , Jum’at (28/4/2023).
Dikatakan Dewi, bahwa pengangguran memang masih menjadi persoalan di Indonesia, karena tingkat pengangguran di Indonesia nomor 2 di ASEAN setelah Filipina. Pemerintah pusat dan daerah tentu sudah melakukan berbagai upaya namun belum menyeluruh dan menyentuh akar rumput terobosannya.
“Perlu penataan ulang dan ide-ide spektakuler dalam mengatasi pengangguran. Tidak hanya menarik investor ke berbagai daerah untuk membangun pabrik-pabrik. Ia menilai hal itu hanya bisa menyerap tenaga kerja lokal terutama yang non skilled atau pendidikan rendah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dewi Aryani yang akrab disapa DeAr itu, meminta kepada pemerintah pusat harus membuat konsep yang menasional, namun juga implementasinya bisa disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing daerah dengan berbagai potensi SDA dan SDM.
“Mayoritas masih banyak yang hanya mengembangkan sektor sekunder atau supporting, belum keseluruhan menyentuh bidang yang menjadi sumber ketahanan nasional kita terutama sektor pangan,” ujar politisi PDI Perjuangan itu.
Dalam bidang pertanian, kata dia, lahan sudah mulai hancur karena terlalu banyak menggunakan pupuk kimia berlebihan selama puluhan tahun. Pemerintah perlu melakukan revitalisasi lahan dengan mulai melalukan gerakan pengembalian kesuburan tanah atau lahan pertanian dengan pupuk hayati dan pupuk hayati majemuk.
“Kami di Tegal sudah mulai melakukan ini dan demlot berhasil di ratusan hektar yang tersebar di Kabupaten Tegal saat ini, sehingga penggunaan pupuk kimia dapat berkurang jauh hingga 50-70 persen,” terangnya.
Menurut Dewi, dalam bidang peternakan telah dikembangkan pakan ternak yang diolah dari limbah pertanian dan perikanan, sehingga peternak mendapat harga pakan yang murah dan berprotein tinggi. Jika peternakan membaik maka akan lebih banyak kalangan milenial melirik sektor ini karena hasil menjanjikan dengan cost produksi yang kecil.
Bidang perdagangan dan UMKM, Dewi Aryani telah menggagas program kemitraan pembukaan toko kelontong modern di pedesaan-pedesaan dengan namanya Mami Kepoo (Market Mini Ketahanan Pangan Online dan Offline). Untuk aplikasi online Mami Kepoo segera launching bulan Mei dan outlet offline sudah berjalan puluhan outlet di Kabupaten Tegal, Brebes, Kota Tegal dan Pemalang. Akan berkembang hingga daerah lain di Jateng, Jabar, Banten dan Jatim. Toko ini menjual hasil panen petani, peternak dan UMKM. Adapun terobosan dan ide DeAr yang akan ditelorkan, diantaranya Simbah Kepoo (Siap Merdeka Bersama Sawah Ketananan Pangan Online Offline), Sinenek Kepoo (Siap Nerima Peternakan), Bapa Kepoo (Badan Pasar), Mama Kepoo (Merdeka Mart atau gudang yang akan berdiri di tiap 20 KM), Papi Kepoo (Pasar Pintar), Mami Kepoo (Market Mini atau toko klontongan tiap desa), Jabbar Kepoo (Jajan Bareng atau toko kelontongan kecil atau jajanan angkringan, kopi nasgor dan lainnya), dan Talim Kepoo (Transportasi Lintas Merdeka atau jasa distribusi pengiriman).
“Mereka dicetak menjadi pengusaha baik level mikro, UMKM sampai menengah hingga besar. Kami menawarkan 8 jenis kemitraan untuk masyarakat agar mereka lebih berdaya menjadi pengusaha baru dan lewat mereka pula pengangguran bisa dituntaskan, karena mereka juga akan merekrut tenaga kerja,” pungkasnya.