SURAKARTA – Slumpring adalah bagian dari pohon bambu yang di anggap banyak orang sebagai sampah dan tak mempunyai nilai secara ekonomi, karena umumnya yang di gunakan pada pohon bambu adalah batang dan akarnya sebagai bahan dasar kerajinan tangan.
“Tepat Hari Kebangkitan Nasional 2022 Saya memberikan tali asih kepada Penegak Adat Kartasura yang juga pegiat seni budaya Father Greget Surakarta Dr (Cand) Djuyamto,SH., MH yang pada Jum’at, (20/5/2022) telah mendapatkan gelar dari Dewan Adat Karaton Surakarta Hadiningrat,
“Bupati Sepuh Anom-Anom”
Kanjeng Raden Tumenggung Djuyamto Rekso Pradoto, SH., MH,” kata founder Sabda Daya Nusantara Lilik Adi Goenawan, S.Ag saat di konfirmasi Awak Media usai acara.
Goenawan menjelaskan Lukisan Slumpring Tawangmangu adalah karya original Seniman Lereng Lawu sebagai pioneer dengan media slumpring hingga menghasilkan karya seni lukis bakar media slumpring yang mempunyai nilai seni yang tinggi.
Untuk bahan dasarnya, Slumpring Tawangmangu menggunakan limbah pohon bambu (Slumpring) yang didapatkan dari alam dengan tidak merusak sebagai pengganti kanvas.
Sementara, teknik melukisnya menggunakan sebuah adaptor kecil yang dihubungkan ke sebuah alat pen menyerupai solder listrik. Alat pen ini menggeluarkan bara api yang dapat digunakan sebagai alat untuk melukis.
Mulanya, sang seniman membuat sebuah sketsa gambar di atas slumpring di yang sudah dibentuk hingga menghasilkan berbagai karya lukisan bakar seperti, kaligrafi, lukisan wajah, lukisan hewan, pemandangan alam, dan lainnya.
“Terima kasih saya terima tali asihnya mas, dan saya hanya bisa mengatakan Excellent,ketika Slumpring yang dianggap sampah saat jatuh ke tangan seniman yang terampil maka terbukti akan menjadi sebuah karya yang bernilai tinggi, ” jelas Om Joe sapaan Kahumas PN Jakarta Selatan.
” Saya apresiasi karya cipta Slumpring Tawangmangu seniman kaki Gunung Lawu dan semoga cita- cita Mas Aris untuk membuat Museum Lukisan Wayang Media Slumpring segera terwujud,” pungkasnya.
Reporter : MG Rengga