Keterangan Foto:
Agus Ider Alamsyah alias Agus Rambo sedang duduk serius dengan Musa Weliansyah (Anggota DPRD Banten dari Fraksi PPP) dan Deden M. Fatih, suami dr Juwita Wulandari di sebuah kafe di Rangkasbitung.
LEBAK – Polemik Penetapan Ketua DPRD Lebak periode 2024-2029, terus memanas di Lebak. Aksi penolakan dan dukungan datang silih berganti dari sejumlah elemen masyarakat. Ada yang menolak dr Juwita Wulandari, tapi juga ada yang mendukungnya. Bahkan hal ini semakin panas setelah aksi unjukrasa Senin 23 September 2024 hingga menelan korban, yaitu anggota Satpol PP yang terluka karena tertimpa pagar besi yang roboh.
Beragam kritik, opini baik isu terus bermunculan setelah Yadi Suryadi meninggal dunia pasca perawatan intensif di RS Adjidarmo, Rangkasbitung. Satpol PP Lebak sempat menggelar aksi solidaritas dengan keliling Alun-alun Rangkasbitung berteriak dan mendesak polisi mengusut dalang unjukrasa yang berujung terlukanya Yadi Suryadi. Meski terasa aneh, aksi Satpol PP ini menunjukan bahwa suhu politik di Lebak memanas dalam upaya penanganan hukum pasca unjukrasa.
Anggota DPRD Provinsi Banten, Musa Weliansyah bersuara lantang dari Kota Serang. Dia bahkan langsung menyebut nama, Junaedi Ibnu Jarta sebagai dalang unjukrasa dan harus diseret ke pengadilan.
Selain itu, Anggota DPRD Lebak, Agus Ider Alamsyah tidak kalah kencangnya berteriak serupa. Dia mendesak kepolisian segera menangkap dalang dibalik insiden robohnya pagar besi gedung DPRD Lebak tersebut. Meski tak menyebut nama, Agus Ider yang pro dr Juwita Wulandari juga teriakannya mengarah ke nama Junaedi Ibnu Jarta.
Tokoh Banten, Akhmad Jajuli memandang wajar Agus Ider Alamsyah berteriak lantang meminta Junaedi Ibnu Jarta diseret dalam unjukrasa berdarah tersebut. Sebab, Agus Ider punya dua agenda politik sekaligus. Pertama, menunjukan loyalitas kepada Bonnie Triyana yang baru saja berhasil menggulingkan Tia Rahmania di DPR RI Dapil Banten I. Kedua adalah membalas sakit hati karena batal diusung sebagai calon Ketua DPRD Lebak dalam rapat pleno DPC PDI Perjuangan Lebak.
“Yang terlihat dipermukaan sekarang adalah ada beberapa pihak (termasuk ada Anggota Dewan dari PDIP Lebak ) yang mendesak pihak Polri untuk mengusut pihak-pihak lain, selain dua orang itu. Sudah bisa ditebak ke mana arahnya,” ujar Akhmad Jajuli yang menyebarkan hasil analisanya tersebut di beberapa grup WhatsApp.
Lebih tegas Jajuli menganalisa bahwa kekecewaan Agus Ider Alamsyah ini mendapatkan momentum saat terjadi ketegangan antara dr Juwita Wulandari dengan Ketua DPC PDI Perjuangan Lebak, Junaedi Ibnu Jarta. Konflik ini sangat menguntungkan Agus Ider Alamsyah secara pribadi. Asa untuk menjadi Ketua DPRD Lebak muncul kembali.
“Di internal PDIP sendiri (saat Ketum DPP PDIP tidak menunjuk salah satu dari dua nama Calon Ketua Dewan yang diusulkan pihak DPC PDIP Lebak yakni Junaedi Ibnu Jarta dan Ijah Khodijah. Nama Calon Ketiga (Agus Ider Alamsyah) sempat muncul dalam Rapat Internal DPC PDIP Lebak namun urung diusulkan kepada DPP PDIP). Yang ditetapkan oleh Ketum DPP PDIP adalah dr. Juwita Wulandari yang juga dikenal sebagai puteri dari dr. Ribka Tjiptaning,” ujarnya.
Analisa salah satu pejuang pembentukan Provinsi Banten ini bersahutan dengan pernyataan Dede Abdul Kodir, penanggungjawab aksi unjukrasai Senin 23 September 2024 yang berujung tragedi tersebut. Usai diperiksa penyidik, Dede mengaku bahwa aksinya sangat menguntungkan Agus Ider karena menjadi kuda hitam dalam perebutan kursi Ketua DPRD Lebak yang kisruh.
“Yang layak jadi Ketua DPRD Lebak adalah Kanda Agus Rambo, dia anggota DPRD Lebak dua periode, mantan aktivis mahasiswa. Senior saya di Kumala,” ujar Dede Abdul Kodir.
Sampai berita ini dimuat, Awak media masih mengkonfirmasi pihak-pihak terkait.
